Bandung – Menjadi perusahaan yang membidangi sektor hulu migas, Subholding Upstream (SHU) Pertamina Regional Indonesia Timur mempunyai peranan penting dalam hal mengekplorasi dan memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di wilayah operasinya.
Selain energi yang dihasilkan untuk menyumbang kebutuhan Migas untuk Negara, dampak dari keberadaan perusahaan bagi masyarakat sekitar juga menjadi perhatian Pertamina SHU. Hal itu disampaikan Fitri Erika, Manager Relations Regional 4 dalam giat media gathering 2024 di Bandung, senin (4 juni)
“Sebagai perusahaan energi, memang harus mempunyai kompetensi menghadirlan energi. Tapi sebagai perusahaan harus bisa memberikan manfaat bagi sekitar khususnya masyarakat” ujarnya.
Fihaknya banyak belajar dengan kearifan lokal yang mampu berinovasi dengan kegigihan-kegigihan menjawab semua tantangan yang ada. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir lewat program CSR dapat banyak penghargaan baik dari dalam negeri maupun internasional.
Tiga sosok inspiratif yang dihadirkan pada Media Gathering kali ini sangat menarik. Tidak hanya sebagai pelaku pribadi, tetapi mereka mampu menjadi penggerak anggota dan warga sekitar dan mempunyai nilai kebermanfaatan.
Local Hero pertama adalah Tatik, Pembatik asal Bojonegoro yang mampu bangkit setelah keterpurukan dari dampak Covid-19. Hal ini seiring semangatnya yang gigih untuk memperjuangkan usaha yang digelutinya.
“Berkat pendampingan dari Pertamina, Alhamdulillah bisa produksi lagi bersama anggota” ujar perempuan yang mengajar di TK Sambiroto ini.
Sebagai inspirasi usahanya, Tatik menamakan usahanya dengan sebutan Batik Kembang Sambiloto. Hal ini seiring banyaknya dijumpai tanaman sambiloto yang tersebar di desanya serta banyaknya kandungan manfaat bagi kesehatan. Begitupula dengan usahanya agar memberikan dampak kebaikan bagi keluarga dan anggotanya.
Tak kalah inspiratif, sosok Local Hero kedua adalah Sutomo, seorang Kepala Desa Doudo Kabupaten Gresik yang mampu memberikan inovasi kepada desanya di bidang wisata.
Berawal dari minimnya Sumber Daya Alam yang dipunyai serta cemoohan tentang nama desa, Sutomo mampu menggali potensi desanya dengan gerakan edukasi wisata.
“Pendekatan dengan hati dan rasa memiliki yang kami lakukan mampu menggerakkan semua elemen masyarakat” ucap pria yang mendapatkan banyak penghargaan ini.
Setelah semangat membangun desanya mempunyai progres positif, fihaknyapun mulai pendekatan ke Pertamina hingga mendapatkan pendampingan untuk lebih maksimal. Kini setiap bulan dari hasil edukasi wisata, desanya mampu mengasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes) Rp. 6 juta.
Sosok ketiga yang dihadirkan sebagai Narasumber dihadapan ratusan awak media adalah Agung Dwi Pratama, seorang lulusan teknik yang mampu berinovasi dengan pemanfaatan sampah sebagai budidaya lalat BSF.
Hal ini seiring dengan tantangan yang ada terkait banyaknya sampah yang ada di sekitar lingkungan, mengetuk hatinya untuk bergerak memaanfaatkan menjadi nilai ekonomi.
Walaupun awalnya ditentang orang tuanya, kini Agung dapat membuktikan bahwa dengan hal yang dianggap sepele, mampu menjadi sumber rejeki dan menopang kebutuhan sehari-hari.
Hal ini tak lepas dari semangatnya belajar dan keikhlasan dalam menjalankan rutinitas sebagai pembudidaya lalat BSF. Hingga mendapatkan program CSR dari Pertamina Regional timur.
Lengkap sudah peran dari semua fihak bergerak beriringan. Pertamina sebagai perusahaan yang mengelola Sumber Daya Alam untuk memasok kebutuhan Negara, juga tetap berkomitmen memberikan manfaat kepada warga sekitar tempat operasi.